Minggu, 10 Juli 2011

Biaya Pendidikan semakin mahal

Biaya Pendidikan semakin mahal



CikarangOnline.com – Realitas bahwa pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat tertinggal oleh negara-negara lain di kawasan ASEAN sekalipun. Anggaran Pendidikan dari pemerintah sebesar 20% dari APBN pun masih belum terealisasi semuanya.

Dunia pendidikan kita masih belum bisa menjawab tantangan kemajuan zaman. Kondisi pendidikan Indonesia juga sudah jauh tertinggal dari negara-negara tetangga sesama ASEAN. Berdasarkan laporan UNDP, indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2007 menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-108 dari 177 negara.

Penilaian yang dilakukan oleh lembaga kependudukan dunia (UNDP) ini menempatkan Indonesia pada posisi yang jauh lebih rendah dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, bahkan Laos. Kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.

Sampai saat ini dunia pendidikan kita juga masih dihadapkan pada tantangan besar untuk mencerdaskan anak bangsa, terutama adalah meningkatkan akses, pemerataan, dan kualitas pelayanan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Meskipun hampir seluruh anak usia 7-12 tahun sudah bersekolah, masih terdapat sebagian anak yang tidak bersekolah, terutama karena alasan ekonomi atau tinggal di daerah terpencil yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan.

Demikian pula dengan anak usia 13-15 tahun yang seharusnya dapat mengenyam pendidikan paling tidak sampai dengan pendidikan dasar, sebagian tidak dapat bersekolah. Pada saat yang sama kesenjangan partisipasi pendidikan juga masih terjadi, terutama antara penduduk miskin dan penduduk kaya.

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun hanya bagus di kertas tapi bermasalah dalam implementasi. Meskipun pemerintah telah menyediakan bantuan operasional sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan dasar, namun masih ditemukan adanya beberapa sekolah yang masih menarik berbagai iuran sehingga memberatkan orang tua, terutama bagi keluarga miskin.

Kesenjangan partisipasi pendidikan tersebut terlihat makin mencolok pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tertinggalnya pembangunan pendidikan di Indonesia akan membawa dampak buruk bagi masa depan anak-anak Indonesia sehingga angka pengangguran dan kemiskinan semakin bertambah.

Rendahnya perhatian negara terhadap sektor pendidikan sebagai sektor yang harus diperhatikan secara serius berdampak pada kebobrokan dunia pendidikan dengan maraknya praktik komersialisasi dan kapitalisasi dunia pendidikan. Pendidikan menjadi barang mahal sehingga anak-anak bangsa yang miskin dan tidak mampu akan terlempar dari dunia pendidikan. Pendidikan hanya mampu dinikmati oleh orang-orang kaya yang berpunya. Orang yang punya uang, mereka bebas menikmati kualitas pendidikan yang baik. Jika miskin maka harus pasrah dengan kualitas pendidikan yang seadanya, tidak bermutu dan menyedihkan. Padahal, pendidikan berkualitas dan bermutu mestinya harus sudah bisa dinikmati oleh seluruh anak bangsa negeri ini. Pendidikan berkualitas merupakan aset negeri untuk mencetak SDM unggul di masa depan.

Pendidikan berkualitas memang membutuhkan anggaran besar. Namun, bukan berarti hal itu dibebankan kepada masyarakat. Kewajiban pemerintahlah yang seharusnya menjamin pendidikan setiap rakyatnya, baik kaya ataupun miskin dengan akses yang mudah untuk pendidikan yang bermutu.

Pendidikan akhirnya terjebak dalam telikungan kapitalisme, bukan lagi kepentingan kemanusiaan sebagaimana misi sejatinya. Kapitalisasi pendidikan jelas sangat merugikan rakyat kecil yang selama ini tidak mendapat hak pendidikan dari negara secara adil dan merata. Pendekatan paradigma kapitalisasi pendidikan senantiasa mengejar keuntungan individu dengan mengorbankan hak-hak kolektif bahkan masyarakat secara luas.

Padahal…Seperti kata Lenin : ‘Berhemat-hematlah berekonomi dalam hal apa pun, kecuali untuk keperluan pendidikan.’

Tulisan di ambil dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=12057


Tags: anggaran pendidikan indonesia asean, apakah pendidikan di indonesia masih tertinggal dengan negara lain?, apakah pendidikan harus dengan biaya yang mahal, artis, bagaimana kondisi pendidikan di indonesia saat ini ?, bagaimanakah kondisi pendidikan diindonesia saat ini, biaya kuliah di indonesia, biaya pendidikan di indonesia, biaya pendidikan di negara indonesia, biaya pendidikan diindonesia, biaya pendidikan laos, biaya pendidikan semakin mahal, cikarang, cikarangonline, cikarangonline.com, foto kondisi pendidkan indonesia, kapitalisasi pendidikan menengah, keadaan pendidikan di indonesia saat ini, keadaan pendidikan indonesia, keadaan pendidikan indonesia saat ini, keadaan pendidikan sekarang ini, kondisi anak-anak yang tidak bersekolah di indonesia, kondisi bisnis indonesia saat ini, kondisi pendidikan di asean, kondisi pendidikan di indonesia, kondisi pendidikan di indonesia dan asean, kondisi pendidikan di indonesia saat ini, kondisi pendidikan indonesia saat ini, kondisi pendidikan saat ini, kondisi pendidikan sekarang, kondisi pendidikan untuk orang yang tidak mampu, kondisi penduduk indonesia terhadap pendidikan, logo, merosotnya pendidikan, merosotnya pendidikan di indonesia, merosotnya pendidikan diindonesia, merosotnya pendidikan indonesia, merosotnya pendidikan sekolah, mu, Mutu pendidikan merosot, Orang Miskin susah untuk sekolah, pendidikan, pendidikan di indonesia yang semakin mahal, pendidikan mahal, pendidikan yang semakin mahal, Sekolah mahal di Cikarang, sekolah sd tertinggal

AS Sediakan Dana untuk Mutu Pendidikan Indonesia

Metrotvnews.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyediakan anggaran sebesar 165 juta dolar AS untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. "Salah satu fokus pemerintah kami adalah peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kami menyediakan sedikitnya 165 juta dolar Amerika untuk hal tersebut," kata Konsul Jenderal AS untuk Indonesia Kristen Bauer usai memberikan kuliah umum di IAIN Ambon, Maluku, Kamis (12/5).

Ia menyatakan, anggaran pengembangan mutu pendidikan di Indonesia tersebut merupakan komitmen pemerintahnya terhadap kemajuan pendidikan Indonesia. Jumlah dana tersebut akan digunakan untuk pemberian beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di negeri Paman Sam, penguatan kemitraan antaruniversitas di Indonesia dan juga program pertukaran pelajar.

"Selain pemerintah kami, berbagai universitas di Amerika juga menyediakan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa di sini," katanya.

Menurut Bauer, selain dana pendidikan untuk pelajar dan mahasiswa, pemerintahnya juga menyediakan sejumlah program peningkatan kualitas pendidik di tingkat SD hingga SMA di Indonesia, yakni guru-guru di tanah air akan dikirim untuk mengajar siswa-siswi di sekolah Amerika selama beberapa bulan, juga sebaliknya.

"Pendidik di Indonesia dan Amerika dapat saling bertukar informasi dan pengalaman melalui program pertukaran guru yang kami sediakan," katanya.

Ia mengatakan, banyak sekolah di Ambon yang ingin dikunjunginya, tetapi karena keterbatasan waktu, dirinya hanya bisa mengunjungi SMA Unggulan Siwalima dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.

Kedatangan Kristen Bauer di Ambon adalah untuk menawarkan program-program peningkatan mutu pendidikan yang disediakan oleh pemerintahnya dan menggelar kuliah umum di IAIN Ambon. "Saya ingin berkunjung ke berbagai sekolah dan universitas, untuk berbagi pengalaman dan informasi mengenai pendidikan dan pola hidup toleransi antarumat beragama," katanya.

Liga Pendidikan Indonesia

Liga Pendidikan Indonesia

Munculkan Talenta Baru

Padang Ekspres • Selasa, 12/04/2011 10:25 WIB • rijal islamy • 155 klik

Di tingkat SLTA, SMAN 1 menuntaskan ambisi dengan menggondol titel juara. Di partai puncak yang berlangsung ketat, anak asuh pelatih Taufik tersebut melumat SMAN 3 dengan skor cukup telak 3-1 (1-1).


SMAN 1 juga menuntas rasa penasarannya setelah tahun lalu kalah di partai final. Juara kali ini juga mengembalikan “jadwal” juara setelah pada helatan perdana LPI pada 2008 SMAN 1 tampil sebagai pemenang setelah menundukkan SMKN 2 di partai puncak.


Tahun 2009, SMAN 3 tampil sebagai juara dengan menundukkan SMAN 4. Tahun lalu, SMAN 4 juara dengan mengalahkan SMAN 1. Uniknya, keempat finalis tersebut tahun ini tampil di partai semifinal.
Dengan keberhasilan ini, SMAN 1 berhak mewakili Kota Solok pada helatan LPI tingkat provinsi yang menurut rencana digelar bulan Mei nanti. Mereka akan menghadapi para juara LPI tingkat kota dan kabupaten se-Sumbar.


Pelatih SMAN 1, Teguh menyatakan kali ini timnya selama gelaran LPI kali ini tampil lebih meyakinkan. Di samping talenta dan fisik yang lebih prima, para pemainnya dinilai lebih mengadopsi strategi yang diterapkan. Karena itu, ia optimistis timnya mampu bersaing dengan para juara dari berbagai daerah di Sumbar lainnya.


“Sejak awal pelaksanaan LPI kali ini, kita sudah sangat siap. Ini tidak lepas dari hasil tahun lalu saat kita gagal di partai final. Setelah kegagalan tersebut, seluruh pemain langsung digenjot latihan selama setahun penuh. Jadi hasil tahun ini merupakan kerja keras kita selama satu tahun. Karena itu, setelah ini, para pemain langsung memasuki masa pelatihan penuh untuk menghadapi LPI tingkat provinsi Mei nanti,” ujarnya.


Final LPI Kota Solok tingkat SLTP melahirkan kejutan baru. SMPN 2 Kota Solok secara mengejutkan berhasil mempecundangi SMPN 1 yang sebelumnya lebih diunggulkan menjuarai turnamen tersebut. SMPN 1 berhasil menang lewat drama adu penalti setelah laga 2 x 30 menit plus 2 x 10 menit babak perpanjangan waktu skor 1-1 bertahan. Tim asuhan Tarmizi tersebut unggu 3-1 di adu penalti. Dengan hasil ini, mereka berhak mewakili Kota Solok pada LPI tingkat provinsi, bulan Mei mendatang.


Sementara itu, di laga puncak tingkat SLTP yang mementaskan SMPN 1 versus SMPN 2 berlangsung keras sejak kick off. Kedua tim sudah sama-sama mengenal kekuatan lawannya masing-masing.
Pasalnya, keduanya satu grup di babak penyisihan. Saat itu, SMPN 1 berhasil unggul 1-0 dan tampil sebagai juara grup I. Di bawah asuhan Tarmizi, partai final benar-benar menjadi laga pembalasan terhadap kekalahan tersebut. SMPN 2 tampil agresif dan lebih meyakinkan. Mereka akhirnya menjadi juara setelah menang dalam drama adu penalti 4-2 (1-1).


Pelatih SMPN 2, Tarmizi menyebut kemenangan timnya merupakan kemenangan kolektivitas. Ia menyatakan kemenangan ini merupakan pola terbaik mencapai sukses. Kesabaran dan kerja keras menurutnya merupakan kunci melawan kualitas SMPN 1 yang di atas rata-rata. Dukungan suporter menurutnya turun memberi andil besar terhadap semangat timnya.


“Kita bisa melihat sendiri bahwa kualitas SMPN 1 luar biasa tahun ini. Semua tim saat ini terlihat lebih siap. Strategi kolektivitas dan selalu mengejar bola dan memberi pressure ketat adalah kunci menguasai laga. Kemenangan kali ini adalah buah kerja keras dan semangat pantang menyerah,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Solok, Rafatli mengapresiasi dua laga (perebutan tempat ketiga dan final) kemarin. Menurutnya, kedua laga tersebut membuktikan kekuatan sepakbola Kota Solok. Seluruh tim, menurutnya tampil dalam kondisi siap. Faktor mental dan kebugaran fisik lah yang membuat tim bisa memenangkan pertandingan.


Seluruh tim nampaknya telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk LPI kali ini. Ini terlihat dari kualitas pertandingan yang sangat baik. Tim yang tampil sebagai pemenang benar-benar tim yang lebih siap dari tim lainnya. Kedua laga kemarin merupakan pembuktian bahwa Kota Solok memiliki talenta-talenta sepakbola yang brilian.


“Kami berharap SMAN 1 yang akan mewakili Kota Solok di tingkat provinsi mampu memberikan prestasi terbaik. Tahun lalu, SMAN 4 yang tampil sebagai juara berhasil menempati posisi juara ketiga di tingkat Sumbar. Kami juga berharap SMAN 1 bisa memberikan hasil yang lebih baik. Demikian juga dengan SMPN 2, kami berharap kejutan yang mereka berikan tahun ini akan berlanjut di tingkat yang lebih tinggi nanti,” pungkasnya. (*)

[ Red/Redaksi_ILS ]

Sabtu, 09 Juli 2011

Pendidikan di Indonesia Miskin Proses

Pendidikan di Indonesia Miskin Proses
KAMIS, 12 MEI 2011 | 16:06 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat pendidikan dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Prof. Arief Rachman, menilai pendidikan di Indonesia masih miskin proses. Kalangan pendidik dan pengajar selama ini hanya memusatkan perhatian pada orientasi hasil, bukan proses pembelajaran. "Ini kritik besar terhadap dunia pendidikan kita. Harus ada rekonstruksi terhadap proses pembelajaran," kata Arief Rachman, Kamis, 12 Mei 2011.
Berita terkait

* Arief Rachman: Pancasila Tidak Dihilangkan
* Polisi Usut Penyimpangan Dana di Al-Zaytun
* Besok, Hasil Unas SMA Dibagikan
* Salah Besar, Menghilangkan Pancasila dari Kurikulum Pendidikan
* Pemerintah Diminta Ungkap Beking Gerakan NII


Arief menilai, sikap guru kurang mendukung pembentukan sikap pada siswa, sehingga yang terjadi hanya transfer ilmu dan pengetahuan, bukan transformasi sikap kepada pelajar. Untuk pelajaran Pancasila, misalnya, siswa hanya mengetahui isi pelajaran Pancasila tanpa mengetahui cara bersikap dari nilai-nilai Pancasila. "Orang tahu dan mengerti bukan berarti dia bisa bersikap," kata Arief.

Orang tua juga tak luput dari tanggung jawab karena harus menanamkan sikap kepada putra-putri mereka. Misalnya, bagaimana bersikap sesuai dengan agama Islam, bahwa di dalam Islam tidak disebutkan bagaimana membentuk negara Islam, tapi bagaimana memperkokoh kehidupan masyarakat Islam.

Arief menilai selama ini fenomena yang muncul dalam dunia pendidikan nasional adalah perhatian pada kekuatan kognitif siswa semata, bukan penekanan pada sisi afektif mereka. Ibaratnya, pengetahuan sudah dikemas dengan baik, sedangkan sikap sebagai akibat dari pengetahuan justru tidak dikuasai siswa.

"Selama ini hanya fokus pada hal-hal yang dapat diukur dan diamati, misalnya nilai," kata Arief. "Padahal, hal-hal yang tidak terukur dan teramati justru lebih penting."

Arief juga mengamati munculnya gaya hidup yang berbahaya dalam kehidupan berbangsa, yakni segala aktivitas masyarakat hanya terpaku pada hasil, bukan proses. Apalagi ditambah dengan budaya hidup serba instan. "Orang yang materialistis cenderung tidak sabar karena spiritualitasnya lemah," kata Arief.

Tak hanya proses pembelajaran untuk pembentukan sikap, Arief juga menilai kekeliruan pendidikan nasional terletak pada sistem evaluasi. Selama ini yang dievaluasi hanya nilai, sedangkan sikap pelajar sering diabaikan guru. "Yang penting bukan mata pelajarannya, tapi proses dan evaluasinya."

MAHARDIKA SATRIA HADI

7 Penyebab Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah

Berikut ini 7 alasan utama mengapa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah:
http://koranbaru.com/wp-content/uploads/2011/03/2971_pendidikan2.jpg
1. Pembelajaran yang terpaku pada buku paket (KURIKULUM BUKU PAKET)

Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak 60-70an Pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi “kitab suci” pengarajaran guru. Jika tidak percaya, cobalah tanya guru, apakah mereka bisa mengajar tanpa menggunakan buku paket sebagai buku pegangan?

2. Model pembelajaran Ceramah melulu

Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode BERCERAMAH. Karena berceramaha itu mudah dan ringan, tanpa persiapan banyak, tanpa membutuhkan sarana yang banyak, tanpa persiapan yang rumit, pokoknya mudah banget. Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang diapakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar? Pernahkah guru membawa anak-anak melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar? Atau pernahkah guru membawa seorang tentara langsung di kelas untuk menjelaskan profesi tentara?

3. Kurangnya daya dukung sarana prasarana dari regulator

Sebenarnya sih perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang banget. Pemerintah yang getol memberikan pelatihan pengajaran yang PAIKEM (dulunya PAKEM) tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAIKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan CERAMAH!

4. Peraturan yang membelenggu

Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi? Karena tuntutan RPP, SILABUS yang “membelenggu” kreatifitas guru dan sekolah dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan (bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang “membelenggu” guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan tor-tor lainnya.

5. Guru tidak mengajari keterampilan bertanya, murid tidak berani betanya (KOMPETENSI SETENGAH)

Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. Anak “dipaksa” mendengar dan menerima inoformasi sejak pagi hingga siang. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya anak tidak dilatih untuk bertanya. Anak tidak dibiasakan bertanya, anak tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.

6. Guru tidak berani mengajukan pertanyaan terbuka (KURANG KREATIF)

Salah satu ciri negara FINLANDIA yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Di Indoneisa? Wah tunggu dulu, nanti banyak yang nyontek dong, begitu kilah seorang guru. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka. Soal terbuka seolah-olah beban berat. Mendingan soal tertutup atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira-kira kilah guru.

7. Siswa menyontek, guru pun juga (BUDAYA MENYONTEK)

Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi guru menyontek? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, menyontek telah merasuki sosok guru.
http://dunia-panas.blogspot.com/2010/11/7-penyebab-mengapa-kualitas-pendidikan.html

Pendidikan di Indonesia Memprihatinkan

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Pendidikan di Indonesia saat ini kondisinya memprihatinkan, karena sekitar 21 persen sekolah dasar di kota kekurangan guru, kata Rektor Universitas Paramadina Jakarta Anies Baswedan. "Kondisi serupa juga terjadi di desa dengan angka kekurangan guru sekitar 37 persen, dan di desa terpencil sekitar 60 persen. Kondisi itu akan semakin parah pada lima tahun ke depan, karena sekitar 75 persen guru sekolah dasar (SD) di Indonesia pensiun," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Oleh karena itu, menurut dia pada diskusi publik mengenai peran pemimpin muda dalam pendidikan, dirinya mencanangkan program bertajuk Indonesia Mengajar. Melalui program tersebut, dirinya mengajak para pengajar muda untuk bertugas selama satu tahun di SD yang tersebar di lima kabupaten di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. "Sebanyak 50 pengajar muda akan dikirim ke lima kabupaten, yakni Bengkalis (Riau) Tulang Bawang (Lampung), Passer (Kalimantan Timur), Majene (Sulawesi Barat), dan Halmahera (Maluku Utara)," katanya.

Ia mengatakan untuk memperkuat pendidikan harus dimulai dari pendidikan formal tingkat dasar. Namun, apabila tenaga pendidiknya tidak mencukupi, akan sulit untuk mewujudkan impian tersebut. "Kini saatnya saya mengajak kalangan generasi muda lulusan perguruan tinggi untuk mau berperan menjadi pengajar di wilayah terpencil guna memberikan motivasi dan mimpi kepada anak-anak di pelosok Indonesia agar lebih maju," katanya.

Menurut dia, pendidikan adalah eskalator bangsa yang akan membawa perubahan terwujudnya Indonesia baru, sehingga mereka yang berada di kelas bawah bisa terangkat derajatnya, dan ikut memengaruhi kebijakan negara. "Pendidikan merupakan alat yang tepat untuk menaikkan derajat seseorang, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Dengan naiknya derajat seseorang dari sisi sosial ekonomi, bukan tidak mungkin mereka bisa mandiri, dan tidak menggantungkan segala hal pada negara," katanya.
Redaktur: Krisman Purwoko
Sumber: ant

STMIK AMIKOM

Melawan Korupsi, Membangun Demokrasi di Sekolah

"Sekolah Harapan, Sekolah Bebas Korupsi" dan Diskusi "Melawan Korupsi, Membangun Demokrasi di Sekolah". Rabu, 9 Pebruari, Jam 1 Siang di Gedung A Lt.III, Kemendiknas. Narasumber : Fasli Jalal (Wakil Mendiknas), Teten Masduki (Sekjen TII), Ani Sutjipto (Fisip UI), Gino Vanollie (Kadis pendidikan Way Kanan), Ade Manadin (Kepsek Tegal Gede 2-Garut) : Informasi oleh Pak Edi Subkhan.


STRATEGI: Mengulangkan program lama (MBS dari tahun 1990an) yang sampai saat ini Kemendiknas gagal mengimplementasikan secara nasional, yang mungkin terhambat karena "Korupsi terjadi di semua tingkatan dari KemenDikNas, Dinas Pendidikan, hingga Sekolah" (ICW) "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya." (ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan).

Sistem Manajemen Berbasis-Sekolah (MBS) yang adalah sangat baik, hanya dapat diimplementasikan secara nasional dan efektif oleh Manajemen di Pusat (Kemendiknas) yang "Bersih" dan "Profesional" (Peran utama adalah merencanakan, menkoordinasikan dan memonitor dengan tegas, maupun menjaga anggaran untuk program-nya tidak di-Korupsikan juga), yang di-Implementasikan oleh Dinas Pendidikan yang "Bersih", "Berdedikasi", dan "Profesional" (Bebas dari Korupsi dan Siap Mental untuk Mendukung Sekolah-Sekolahnya).

Bagaimana Mungkin Program Ini Dapat Berhasil Sebelum Kemendiknas dan Dinas Pendidikan diBersihkan Duluan? Menurut kami program ini adalah salah satu indikator signifikan bahwa Kemendiknas belum serius mengenai memberantas korupsi di Dunia Pendidikan Kita.

Dari respons ke pertanyaan saya ke Panel hari Rabu termasuk Pak Fasli Jalal - Wakil Mendiknas, "Kapan Kita akan mulai memberantaskan korupsi di Kemendiknas dan Dinas Pendidikan?" - yang tidak dijawab, kami hanya dapat kira bahwa pertanyaan-nya tidak dapat dijawab (atau tidak ingin dijawab). Padahal ini isu yang paling penting kalau Kemendiknas serius mengenai memberantaskan korupsi.

Menurut kami: Program baru ini (yang sebenarnya tidak baru) kayaknya hanya adalah salah satu konsep lagi yang tanpa memberantas korupsi di Kemendiknas dan Dinas Pendidikan duluan tidak dapat diangap sebagai solusi secara nasional yang serius. Maupun kalau menjadi "proyek" mungkin dapat membuka kesempatan untuk korupsi skala besar kalau Kemendiknas tidak tegas memonitor anggaran-nya.

Musuh Pendidikan #1Kalau kita hanya mencari kesibukan di dunia tikus kecil (Sekolah - Yang adalah korban juga), pasti tikus-tikus besar akan makin senang karena mereka juga tahu bahwa perbaikan di tingkat sekolah tidak bisa dilaksanakan secara nasional dan efektif tanpa manajemen yang bermutu dan bersih di Kemendiknas dan Dinas Pendidikan. Jadi kesibukan-nya di sekolah tidak akan berakhir, dan tikus-tikus besar tidak akan diganggu.

Apakah bergerak di tingkat sekolah saja akan efektif menghadapi isu "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya." ICW: Analisis 5 Tahun Korupsi Pendidikan

Bagaimana kalau sekolah yang sudah bersih ingin melawan atau melaporkan korupsi di tingkat Dinas Pendidikan atau Kemendiknas, melapor ke mana?

Salam Pendidikan
Phillip Rekdale (Jakarta)

Bagaiamana dengan isu-isu selain korupsi yang penting maupun mutu kebijakan di tingkat nasional?

* Kapan Semua Sekolah akan Aman, Nyaman dan Kondusif, dengan Fasilias Dasar?
* Apa Metodologi Pembelajaran yang Standar Nasioanl? Apakah Tujuan Pendidikan Kita Jelas?
* Bagaimana dapat Memberdayakan Guru-Guru dan Meningkatkan Kemampuan Guru Secara Nasional?
* Dengan Ribuan Sekolah Yang Rusak, Mengapa Membuat Program RSBI/SBI? Keadilan?
* Mata Pelajaran ICT Adalah Penting Untuk Semua Pelajar. Apa Strategi Nasional Untuk Mencapaikan Tujuan Kemendiknas "Satu Komputer untuk 20 Siswa" (1:20) pada Tahun 2015 (Sekarang 1:2.000)?
* Pembelajaran Berbasis-ICT Tidak Cocok, Rialistik atau Mengarah ke Pendidikan yang Bermutu:


ICT adalah Teknologi yang "Paling Tidak Tepat Guna" untuk Pembelajaran
di Sektor Pendidikan Umum
(Phillip Rekdale)

ICT adalah teknologi yang "Paling Tidak Tepat Guna" untuk Pendidikan Umum Yang Bermutu di Indonesia, kan? ICT dapat membunuh kreativitas (e-Learning / programmed learning), sangat terbatas oleh kekurangan infrastruktur, maupun biaya perawatan yang sangat mahal, banyak sekolah tidak dapat merawat sekolah saja, maupun ratusan komputer (puluhan juta komputer secara nasional).... "Apakah Kebijakan terhadap TIK (ICT) di Sekolah Mengancam Perkembangan Pendidikan?"

"Guru Masih Terlalu Dominan di Kelas"
(Professor Fasli Jalal - Wakil Menteri)

"JAKARTA, KOMPAS.com - Proses belajar-mengajar di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas.

'Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa.' -- Fasli Jalal

'Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa,' kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal dalam diskusi panel Pendidikan Profesi Guru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Sabtu (4/12/2010)"

Pendidikan Network Salut Professor Fasli Jalal.

Apa masalah utama dalam pelaksanaan pendidikan kita (selain korupsi), Yaitu 'Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa'. - Apakah kita mungkin dapat berharap anak-anak kita akan Aktif (maupun Pro-Aktif), Kreatif, dan Mampu Berkontribusi Kepada Perkembangan Indonesia dengan Pembelajaran-Pasif? Prioritas-prioritas pendidikan (selain memberantaskan korupsi) adalah:

*

Memperbaiki semua sekolah yang rusak dan ambruk supaya Standar Nasional yang lengkap dengan sarana/prasarana supaya aman, nyaman, dan kondusif untuk "semua pelajar" - "Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll","Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - Kelihatannya makin lama makin banyak sekolah yang rusak!
Ref: http://Ambruk.Com
*

Mengimplementasikan PAKEM (Pembelajaran Aktif dan Kontekstual) di semua sekolah supaya standar pembelajaran kita sesuai dan kompetitif dengan negara lain. Kapan kita akan menghadapi isu-isu yang terbukti meningkatkan mutu pendidikan? Pendidikan Yang Terbaik Masih Adalah: Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM. ("Mampu" termasuk Kreatif)
Ref: http://pendidikan.net/pakem.html
*

Menggunakan "Appropriate Technology" yang sudah ada di semua sekolah, yang terbaik, terjangkau, dan sangat meningkatkan kreativitas siswa-siswi maupun kreativitas guru (seperti di negara maju). Dengan rasio: "Sekarang Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa". Jelas TIK (ICT) bukan solusinya, kan?
http://TeknologiPendidikan.Com
*

Meningkatkan profesionalisme dan bertanggunjawaban guru untuk meningkatkan ilmu dan kemampuan mengajar sendiri - seperti guru profesional di negara lain. Guru adalah pelaksana pendidikan (dan paling penting) jadi kesejahteraan juga harus sesuai supaya tidak perlu "moonlighting" di tempat lain dan dapat fokus kepada tugasnya.
*

Meningkatkan Lapangan Kerja - Oleh lulusan yang Aktif (maupun Pro-Aktif), Kreatif, dan Mampu Berkontribusi Kepada Perkembangan Industri. Ini adalah isu yang sangat penting di Perguruan Tinggi juga di mana "60 Persen Lulusan PT Menganggur" dan dari 40% yang mendapat pekerjaan, berapa % mendapat pekerjaan yang memuaskan?
http://Menganggur.Com
Ref: http://Pendidikan.Net/5langkah.html

Melaksanakan "Metodologi Pembelajaran-Aktif dan Kontekstual" yang Standar Dunia (jangan sampai anak-anak kita ketinggalan zamam terus - berbasis-hafalan). "Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar :: Pembelajaran Aktif" dan "Learning and the Changing Needs of The 21st Century"

Re: "Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa," Ini juga salah satu (dari banyak) masalah dengan Pembelajaran Berbasis-ICT dan yang lebih parah lagi adalah "E-Learning Dapat Membunuh Kreativitas!"

Phillip Rekdale
Mengirim Saran Anda.

"Sulitnya Tekan Penyelewengan Dana BOS"
(Indonesia Corruption Watch (ICW))

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) terbukti kurang mampu menekan penyelewengan dalam pengelolaannya. Temuan hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Jakarta atas 6 SMPN dan SDN di Jakarta tentang kerugian negara/daerah sebesar Rp 5,7 miliar merupakan bukti adanya penyelewengan pengelolaan dana BOS di tingkat sekolah.

'Pengelolaannya selama ini cenderung tertutup dan tidak mengikuti panduan pengelolaan dana BOS sebagaimana yang telah dibuat oleh Kemdiknas.'

Korupsi di Pendidikan Masih Tetap Musuh dan Tantangan Kemajuan Pendidikan Indonesia yang #1

"Setahun Mendiknas : Mendiknas, Berbenahlah.....
(Kompas.Com)

"JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa elemen masyarakat, guru, dan pemerhati pendidikan yang tergabung dalam Koalisi Pendidikan menilai, rapor Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh masih berkelir merah. Masih ada waktu tiga tahun untuk Mendiknas berbenah diri melakukan perbaikan-perbaikan."

"Elemen-elemen tersebut antara lain Indonesia Corruption Watch (ICW), Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ), Aliansi Orang Tua Peduli Pendidikan, serta Kelompok Kajian Studi Pendagogik Transformatif. Mereka sengaja berkumpul untuk mengkritisi satu tahun kinerja Mendiknas Mohammad Nuh melalui diskusi Satu Tahun Menteri Pendidikan Nasional: Rapor Merah Bagi Menteri Pendidikan, Kamis (21/10/2010), di Jakarta."

Di Pendidikan Network yang sangat mengecewakan kami adalah walapun Indonesia Corruption Watch (ICW) melapor bahwa "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya." (ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan - 2004-2009), kayaknya korupsi yang kami anggap adalah isu yang paling penting, dan dapat sangat mempengaruhi semua kesempatan untuk meningkatkan mutu pendidikan belum dihadapi secara serius.

Apa Yang Kita Dapat Belajar Dari Model RSBI / SBI ?
(Pendidikan Network Indonesia)

Bagaiama kita dapat belajar dari, dan menggunakan konsep SBI?. Kalau Kemendiknas percaya bahwa sekolah R/SBI dapat mencapaikan pendidikan yang lebih bermutu, apakah itu hanya logikal (masuk akal) kalau standar itu menjadi Standar Sekolah Nasional dan menghapus diskriminasi dari konsep SBI (sekolah yang berbeda) yang Tidak Adil dan "Tidak Mengarah Ke Pemerataan Mutu Pendidikan Untuk Semua"?

Kita perlu mengarah ke konsep Sekolah Bertaraf Nasional (SBN) Yang Terbaik. Kalau SBI lebih baik pasti semua sekolah Nasional seharusnya mengarah ke sekolah bertaraf internasional juga, mengapa tidak?. Mulai dari membuat fondasi terbaik; Metodologi Terbaik dan Sarana Prasarana yang Manusiawi di Semua Sekolah di Indonesia... Lanjut...

"Kita Meluncurkan Situs Menganggur.Com"
(Pendidikan Network Indonesia)

Survey @Menganggur.Com"60 Persen Lulusan PT Menganggur"
"Surabaya, Kompas - Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 60 persen lulusan perguruan tinggi menganggur. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah perlu segera mengubah fokus pendidikan tinggi dari akademis ke vokasi."

"Jumlah lulusan perguruan tinggi baik program diploma maupun sarjana lebih dari 300.000 orang per tahun. Adapun jumlah mahasiswa vokasi perguruan tinggi negeri dan swasta tahun 2005 sebanyak 838.795 orang, tahun 2006 menjadi 1.256.136 orang dan 2007 turun menjadi 979.374 orang."

Selalu ada banyak retorika dan asumpsi yang muncul yang akhirnya digunakan untuk mengambar strategi-strategi untuk menghadapi, dan semoga mengatasi masalah pengangguran. Sesuatu yang sangat biasa (di negara mana saja) adalah pendidikan diangap adalah kunci-nya.

Memang pasti pendidikan adalah isu yang penting sekali, tetapi menurut yang menganggur, apa isu-isu yang lain yang juga penting. Supaya kita dapat membuka isu lebih lebar kita sudah menjalankan survey.... Kalau anda menganggur atau mencari pekerjaan silakan menyampaikan saran anda di Survey Pengangguran.

Anda dapat memasang iklan untuk mencari SDM, maupun mencari pekerjaan...
Kami sedang menbangunkan situsnya sekarang, mohon sabar ya....

"Bangunan Tua Roboh, Tiga Pelajar Tewas"
(Kepala kepolisian distrik Batu Gajah)

BATU GAJAH--MI: Sebuah bagunan tua, bekas gudang bijih timah di perumahan pekerja miskin (PPRT) di Changkat Tin, Tanjung Tualang, Malaysia, Sabtu (10/7), roboh dan menewaskan tiga pelajar dan melukai beberapa lainnya.

Walapun kasus di Malaysia ini tidak di sekolah, sudah ada terlalu banyak insiden di sekolah-sekolah kita di Indonesia, kan? Mohon kita mengatasi situasinya "sekarang" supaya tidak ada insiden fatal di Indonesia. Ref: http://Ambruk.Com

Apakah, harus ada kasus seperti di Haiti ("Korban Tewas Sekolah Ambruk 82 Siswa") sebelum Pemerintah Kabupaten maupun Kemendiknas akan memperhatikan keadaan di "semua sekolah"? Mengapa sekolah RSBI dipikirkan walapun keadaan di lapangan begini?

Di Indonesia: 'Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll,' 'Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008).' (ICW) Ref: http://pendidikan.net/index.html#5langkah

Semua anak mempunyai hak untuk masuk sekolah yang aman dan nyaman kan? Apakah ini bukan prioritas manajemen pendidikan kita?

Salam Pendidikan
Webmaster

"SEAMOLEC dan Kemendiknas Kirim Mahasiswa ke Wilayah Perbatasan"
(Gatot Hari Priowirjanto)

"Menurut Gatot, program ini sebagai upaya percepatan pendidikan di daerah terluar atau perbatasan bertujuan untuk mempercepat informasi pendidikan, pemerataan pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan, Tidak kalah penting untuk meningkatkan rasa nasionalisme kita sebagai bangsa, kata Gatot"

Re: "Mempercepat Informasi Pendidikan"

Mempercepat Informasi Pendidikan adalah saran yang sangat membingungkan. Mempercepat Informasi Pendidikan Apa? Apakah dunia pendidikan kita sedang merubah setiap saat? Kayaknya Data mengenai keadaan dan kebutuhan sekolah tidak digunakan dalam perencanaan, kan? Selama saya menjalankan jaringan ini (12 tahun) yang disebutkan oleh guru dan dosen (di Internet), yang sebagai masalah besar adalah mencari informasi pendidikan yang berguna dan bermutu - Masalah Mutu SDM, Bukan Teknologi.

Bukan "Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll","Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - (Kelihatannya makin lama makin banyak sekolah yang rusak!) - adalah jauh lebih penting?

"98 ribu sekolah dasar (SD) di Indonesia belum memiliki perpustakaan, dari total SD mencapai 148 ribu. Secara bertahap, pemerintah akan membangun perpustakaan, selain membangun gedung sekolah yang rusak." Kapan? - "Mendiknas : Dana Pendidikan Masih Terlalu Kecil"

Re: "Pemerataan Pendidikan"

Kapan kita akan mempunyai cukup komputer dengan Internet untuk memikirkan saja mengenai "program ini"? Kalau meratakan, berarti semua sekolah akan mempunyai cukup komputer untuk mengajarakan "Pembelajaran TIK yang betul penting" dan banyak sekali komputer lagi untuk mengakses bahan online? Misalnya 1 komputer untuk 2 siswa (1:2).

Kenyataan: "Sekarang satu komputer untuk 2.000 siswa" (1:2.000). Harapan (dan target) Kemendiknas adalah Satu komputer untuk 20 siswa (1:20) pada tahun 2015 [kalau dapat dicapaikan] (pas cukup untuk belajar Mata Pelajaran TIK, tetapi tidak cukup sama sekali untuk mulai menggunakan Pembelajaran Berbasis-ICT secara nasional kan?). Jadi, kalau kita berani mimpi, satu komputer untuk dua (2) siswa mungkin terjadi kepada tahun berapa? - Jangan lupa bahwa setiap 5 tahun komputernya akan "obsolete" (ketinggalan zaman) dan perlu diupdate atau diganti, kan? Kapan Cukup Ya....?

Re: "Meningkatkan Kualitas Pendidikan"

Tetapi E-Learning hanya cocok untuk pembelajaran secara hafalan dan di mana kita ingin membentuk perilaku yang seragam (Berbasis-Behaviorisme) maupun pembelajaran yang sangat pasif kan? Katanya tujuan pendidikan kita adalah untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi. Bagaimana ini dapat dicapaikan oleh E-Learning, maupun Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)? Bukan Pembelajaran Berbasis-ICT Mengancam Mutu Pendidikan?

Re: "Kami berharap dengan Sea Edunet dapat meningkatkan kualitas guru di daerah perbatasan sehingga sejajar dengan guru daerah lain yang sudah maju, tambah Gatot"

Apakah guru juga akan menggunakan E-Learning dengan resikonya? Maupun di banyak sekolah yang ditargetkan belum ada teknologinya, kan? Meratakan? Meningkatkan Mutu?

Apa arah-nya / tujuan pendidikan di Indonesia?

"Apakah Ada Arah Pembangunan Pendidikan?"
(Phillip Rekdale)

Kalau saya melihat sejarahnya pembangunan pendidikan di Indonesia saya selalu ingat lagu "Potong Bebek Angsa" (variasi saya - "Potong Uang Bangsa")

Proyek ke kiri
Proyek ke kanan
lala lala lala lala la la la

Proyek ke kiri
Proyek ke kanan
lala lala lala lala la la la
http://pendidikan.net/index.html#5langkah

Membaca Artikel....

"Kenaikan Gaji Guru Masih Mimpi"
(Menteri Pendidikan Nasional)

JAKARTA, KOMPAS.com — Kenaikan gaji guru tampaknya belum akan direalisasikan dalam waktu dekat. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyatakan, Kementerian Pendidikan Nasional belum akan memberikan kenaikan gaji guru karena kinerja guru juga belum signifikan.

Kerja belum bagus sudah minta kenaikan gaji, kenapa harus minta disamakan dengan Kementerian Keuangan. Toh kesejahteraannya sudah sama perawat dan bidan. Pelayanan guru sama dengan mereka, tuturnya di kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat di Jakarta, Senin (28/6/2010).
Re: "Kerja belum bagus sudah minta kenaikan gaji"

Apakah Benar? Apakah kebijakan juga suka membingungkan?
(http://teknologipendidikan.com/kebijakan-ict.html)

Apakah Pembelajaran Berbasis-ICT Juga Hanya Mimpi?
(Atau mimpi buruk? - Mengancam Mutu Pendidikan)


"Ketidakmerataan Pendidikan Sudah Cukup Sering Dibicarakan"
(Solusinya? hm... tell me how sir?)

Kalau melihat keadaan, jelas ICT bukan solusinya, kan?.

Masalah kita adalah, kita selalu mencari solusi ajaib, dan suka lewat yang betul adalah solusi (Can't see the forest because of the trees).

Kalau saya ingat pada tahun 1998-2000 waktu saya bekerja di Kemendiknas, saya masih ingat Pak Arief Rachman menyampaikan kepentingan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pembelajaran Kontekstual (PAKEM) kepada Kepala Sekolah dengan pasion dan semangat yang sebelumnya saya belum pernah menyaksikan. Hebat!

Tetapi, kayaknya kita sudah lupa kata-kata beliau, dan sampai sekarang MBS dan Pembelajaran Kontekstual sudah ditinggalkan sebelum dilaksanakan dan kita tidak mempunyai fondasi pendidikan.

Phillip Rekdale Cerita lanjut....

"Mendiknas : Dana Pendidikan Masih Terlalu Kecil"
(Menteri Pendidikan Nasional)

JAKARTA-MI: Sekitar 70% anggaran pendidikan habis dipergunakan untuk alokasi peningkatan gaji dan tunjangan bagi guru dan dosen.

Faktor ini yang menjadi penyebab biaya pendidikan di negara ini masih mahal kendati pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Atau senilai Rp214 triliun pada tahun ini.

Demikian Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh mengemukakan hal itu, usai membuka International Conference on Best Practice II, Selasa (22/6) sore, di Jakarta.

Kapan akan cukup ya..... ?

"Boediono: Pembangunan Karakter Bangsa Difokuskan untuk SD dan SMP"
(Wakil Presiden Boediono)

"JAKARTA--MI: Wakil Presiden Boediono meminta pembangunan karakter bangsa difokuskan pada anak usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Akhirnya, demi mudahnya operasional kita fokuskan ke SD dan SMP, kata Boediono dalam pembukaan Seminar Peran Kebudayaan dalam Membangun Karakter Bangsa di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Senin (21/6)."

Re: 'Difokuskan untuk SD dan SMP' - Mengapa?
Apakah ada banyak anak yan koruptor di SD dan SMP?

Menurut saya yang perlu difokuskan untuk "Pembangunan Karakter Bangsa" adalah "Pembangunan Karakter Kemendiknas dan Dinas Pendidikan":

'Korupsi terjadi di semua tingkatan dari KemenDikNas, dinas pendidikan, hingga sekolah" (ICW) "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya". ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009).
http://pendidikan.net/index.html#5langkah

Salam Pendidikan

"ICW Akan Adukan Mendiknas ke Presiden"
(Indonesian Corruption Watch (ICW))

"JAKARTA--MI: Indonesian Corruption Watch (ICW) akan adukan Menteri Pendidikan Nasional M Nuh ke Presiden. Pasalnya, Kementerian Pendidikan Nasional tidak mau terbuka soal laporan pengelolaan dana Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) dan Sekolah Berbasis Internasional (SBI).

Peneliti ICW Febri Diansah menyatakan bahwa pengaduan ini dilakukan dengan dasar UU Kebebasan Informasi Publik. UU KIP mulai berlaku efektif sejak 1 Mei 2010. Namun ketika ia meminta laporan pengelolaan anggaran RSBI dan SBI, Kementerian Pendidikan tidak memberikan data tersebut."

"Pendidikan Dinilai masih Memprihatinkan"
(Rektor Universitas Paramadina Jakarta Anies Baswedan)

YOGYAKARTA--MI: Pendidikan di Indonesia saat ini kondisinya memprihatinkan, karena sekitar 21% sekolah dasar di kota kekurangan guru.

Kondisi serupa juga terjadi di desa dengan angka kekurangan guru sekitar 37%, dan di desa terpencil sekitar 60%. Kondisi itu akan semakin parah pada lima tahun ke depan, karena sekitar 75% guru sekolah dasar (SD) di Indonesia pensiun, kata Rektor Universitas Paramadina Jakarta Anies Baswedan, di Yogyakarta, Jumat (4/6).

Mengapa Manajeman Pendidikan Kita Tidak Lebih Pro-Aktif Terhadap Isu Begini?

Teknologi Tidak Dapat Mengganti Guru Kan?

Tetapi Terhadap Kepentingan Tertentu Dapat Sangat Pro-Aktif, Kan?
Korupsi Di Dinas Pendidikan Dinilai Hebat (ICW)
("institusi paling korup")

"Permainan Kuitansi ala RSBI"
(Indonesia Corruption Watch (ICW))

JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti senior Indonesia Corruption Watch (ICW), Febri Hendri, mengatakan, banyak laporan fiktif terhadap dana block grant untuk rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI), antara lain, berupa manipulasi dalam sejumlah anggaran biaya, seperti biaya katering, biaya komputer, dan biaya alat tulis kantor. Permainan kuitansi adalah modusnya.

Belajar "Modusnya" Ini Dari Mana Ya?

"ICW: RSBI Itu Cuma Proyek Pemerintah!"
(Indonesia Corruption Watch (ICW))

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan, latar belakang program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah berstandar internasional (SBI) adalah semata proyek sehingga pemerintah tetap kekeuh untuk menjalankan program tersebut.

Apakah "Sekolah Berlabel RSBI dan SBI Inkonstitusional" ?

"Ayo, Mengarah Ke Mutu Pembelajaran Yang Standar Dunia"
("Appropriate Technology" Adalah Solusinya, Bukan Pembelajaran Berbasis-ICT)

Kalau menggunkan "Ilmu Teknologi Pendidikan" (Ilmu Teknologi Pendidikan) komputer jarang dipakai di kelas, dan tidak perlu, sebetulnya (Jarang Tepat Guna).

"Teknologi yang Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang", dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.

Pembelajaran Berbasis-ICT Di Kelas Dapat Sangat Mengancam Perkembangan SDM (Maupun Perkembangan Guru) Yang Kreatif Di Indonesia. Informasi lanjut...

"Pendidikan: Kapan Kita Akan Mulai Mengatasi Lima Hal Utama?"
(Phillip Rekdale)

Lima Langkah Ke Pendidikan Kelas Dunia

1.

Memberantas korupsi di bidang pendidikan yang sangat memalukan dan membunuh semua harapan kita untuk maju - "Korupsi terjadi di semua tingkatan dari KemenDikNas, dinas pendidikan, hingga sekolah" (ICW) "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya."
ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009).
KemenDikNas Harus Mulai Akuntabel Ke Rakyat... "Jangan dinilai gagal terus!"
Ref: http://PojokAntiKorupsi.Com.
2.

Meningkatkan semua sekolah yang rusak dan ambruk ke Standar Nasional yang lengkap dengan sarana/prasarana supaya aman, nyaman, dan kondusif untuk "semua pelajar" - "Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll","Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - Kelihatannya makin lama makin banyak sekolah yang rusak!
Ref: http://Ambruk.Com
3.

Mengimplementasikan PAKEM (Pembelajaran Kontekstual) di semua sekolah supaya standar pembelajaran kita sesuai dan kompetitif dengan negara lain. Kapan kita akan menghadapi isu-isu yang terbukti meningkatkan mutu pendidikan? Pendidikan Yang Terbaik Masih Adalah: Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM. ("Mampu" termasuk Kreatif)
Ref: http://pendidikan.net/pakem.html
4.

Menggunakan "Appropriate Technology" yang sudah ada di semua sekolah, yang terbaik, terjangkau, dan sangat meningkatkan kreativitas siswa-siswi maupun kreativitas guru (seperti di negara maju). Dengan rasio: "Sekarang Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa" dan "dari jumlah total yang mencapai 200.000 sekolah, sekitar 182.500 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA se-Indonesia belum terakses internet". Jelas TIK (ICT) bukan solusinya, kan? Dan Internet bagaimana.....?

Komputer-komputer yang ada di sekolah-sekolah umum masih jauh dari cukup untuk belajar Ilmu Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) secara nasional (Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa), apa lagi menggunakan TIK untuk E-Learning. Target KemenDikNas adalah computer 1: 20 siswa pada tahun 2015 (baru cukup untuk mengajar mata pelajaran TIK, kan? - E-Learning kapan 2020, 2025?)

Maupun E-Learning dapat membunuh kreativitas anak-anak kita! Sebetulnya ada banyak sekali isu (kebanayan terkait dengan "human issues and the importance of self-expression, free discussion, peer learning, dan benefits of group learning").

Satu lagi Isu Penting: "Internet Belum Dimanfaatkan Secara Positif Oleh Pelajar"
"PADANG--MI: Pakar pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. DR. Nurtain mengatakan kini banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi internet untuk hal-hal positif namun lebih cenderung hanya untuk menghabiskan waktu dan hal yang tidak bermanfaat."

Maupun hanya ada sangat sedikit informasi yang dalam bahasa Indonesia. Tanpa bahasa Inggris anak-anak kita adalah buta kepada informasi global, jadi manfaatnya Internet untuk anak-anak kita adalah sangat terbatas. Bahasa Inggris Adalah Kunci Untuk Pintu Ke Globalisasi Maupun Lapangan Kerja Luas.

Ada Produk Teknologi Yang Dapat Membuat Revolusi Di Bidang Pendidikan Di Seluruh Indonesia. Sekarang kita dapat belajar di manapun, di kota besar, di kota kecil, di desa, maupun di becak. Relatif kecil dan dapat masuk tas anda jadi dapat dibawa ke mana saja. Anda hanya perlu mempunyai niat belajar dan anda dapat belajar tanpa batas. Tidak perlu koneksi ke listrik dan battery dijaminkan selama hidup (katanya). Juga tidak kena ongkos layanan (Internet atau Hanfon). Tidak memakan pulsa jadi kalau anda tidur dan lupa mematikan alat revolusi pendidikan ini tidak akan kena ongkos. Alat ini juga dapat dipakai di seluruh dunia tanpa koneksi khusus. Alat revolusi ini dapat dibeli di toko dekat anda sekarang dan dapat digunakan secara langsung... dan dapat belajar sambil pulang! Ayo Beli Sekarang! (Info Lengkap Di Sini)
Ref: http://teknologipendidikan.com/si-tpers.html
[ Informasi Teknologi Pendidikan ]
5.

Meningkatkan profesionalisme dan bertanggunjawaban guru untuk meningkatkan ilmu dan kemampuan mengajar sendiri - seperti guru profesional di negara lain. Guru adalah pelaksana pendidikan (dan paling penting) jadi kesejahteraan juga harus sesuai supaya tidak perlu "moonlighting" di tempat lain dan dapat fokus kepada tugasnya.
http://InovasiPendidikan.Net

Kalau lima (5) isu di atas sudah diatasi kita sudah mengarah ke pendidikan
yang dapat disebut "Pendidikan Yang Bermutu".

Ref: http://teknologipendidikan.com/kbm.html